RESENSI NOVEL MARMUT MERAH JAMBU

Posted Kamis, 27 Juni 2013 by Unknown



RESENSI NOVEL MARMUT MERAH JAMBU
KARYA RADITYA DIKA

Judul Novel                 : Marmut Merah Jambu
Genre Novel                : Non-Fiksi
Penulis                         : Raditya Dika
Penerbit                       : Bukune
Tempat  Terbit             : Jakarta
Tanggal Terbit             : 1 Juni 2010
Tebal Novel                 : 222 halaman
Harga Novel                : Rp. 39.000,00

Raditya Dika adalah seorang penulis sekaligus blogger yang sekarang digandrungi kaum remaja.  Dia mempunyai nama asli Dika Angkasaputra Moerwani Nasution. Dia lahir pada tanggal 28 Desember 1984 dan menulis buku-buku yang bertema komedi. Sejak tahun 2005, setelah diterbitkan novel pertamanya yang berjudul Kambing Jantan nama Raditya Dika seakan terangkat, karena novelnya tersebut telah dibuat komik dan film. Novel lainnya yang berhasil diluncurkan diantaranya adalah Cinta Brontosaurus, Radikus Makankaskus serta  Babi Ngesot, dan pada tanggal 1 Juni 2010 dia meluncurkan bukunya yang kelima yang berjudul Marmut Merah Jambu.
Novel Marmut Merah Jambu sendiri adalah beberapa kumpulan kisah komedi Dika yang ditulis dan diangkat dari pengalaman didalam dunia percintaan yang super konyol. Seperti novel-novel sebelumnya,  Marmut Merah Jambu sendiri mengisahkan apakah itu cinta dengan bagaimana memahami apa itu cinta melalui introspeksi ke dalam pengalaman – pengalaman Raditya Dika sendiri dan tentu saja dengan khas gaya komedinya yang lebih manis dan lembut berbeda dengan buku sebelumnya.
Pada novel kelima ini Dika mencoba untuk memperbaiki kata-katanya yang cenderung frontal, walaupun peminatnya dikalangan remaja namun Dika mencoba untuk mengunakan kata-kata dalam novel ini lebih halus, tapi tetap masih banyak kata atau kalimat kocak yang banyak tertera didalam novel ini.
Buku ini di bagi menjadi tiga belas cerita yang mungkin hampir berbeda-beda karakteristiknya, tetapi ada juga yang hampir sama. Sebagian besar cerita di buku ini adalah membahas pengamatan dan pengalaman Dika pribadi. Ada cerita cinta masa – masa puber saat SMP sampai sekarang ini, jatuh cinta diam – diam, nembak cewek, cinta bertepuk sebelah tangan, cinta yang datang tidak disengaja, sampai ditaksir sama dua cewek kembar aneh. Semuanya ditulis dengan gaya konyol dan tidak membosankan.
Dari ke tiga belas bab didalam novel ini saya (peresensi) memilih beberapa bab yang cukup menarik untuk di review (kutip) dalam resensi ini, salah satu judulnya How I Meet You, Not Your Mother.
Ceritanya berawal ketika Dika nge-link blognya Shero, dan sempet hampir ketemuan di Starbucks  Pondok Indah Mall yang ujungnya batal. Setelah itu mereka saling nge add BBM (BlackBerry Messenger) satu sama lain yang pada akhirnya mereka chattingan dan janjian buat ketemu di Starbucks tapi ditempat yang sama.
Dipertemuan mereka yang pertama itu, Shero datang dengan dengan dua orang temannya, dan mereka mengobrol hingga lupa waktu. Setelah itu mereka janjian buat nge date yang proper, hari Sabtu setelah Shero manggung di Java Rockin Land acara musik rock yang diadain di Ancol, mereka dinner, PDKT, dan akhirnya jadian. Sesimpel itu kata penulis menggambambarkan percintaanya dengan Shero.
BEBERAPA menit kemudian, disinilah kita berdua, dinner di Backstage, sebuah tempat makan yang tidak jauh dari Java Rockin Land. Hanya dalam beberapa jam saja kita tahu, kita punya banyak persamaan, tapi yang membuat gue dan dia jadi sama adalah personality berbeda yang tida pernah kita kasihlihat ke orang lain sebelumnya. Gue sebagai penulis komedi, selalu terlihat bodoh dan melawak bagi orang lain. Tapi di depan dia, gue adalah orang yang serius. ‘For other people, they see me as a clown, but for you, i show you the human’. Untuk dia menerima gue seperti itu, dan dia tidak berekspektasi gue untuk melawak, adalah cukup bagi gue.
SEPERTI lazimnya orang yang lagi suka-sukaan, gue dan dia pun beranjak ke PDKT.
Seiring dengan saling ngucapin kangen, saling ngucapin pengen ketemu, saling mulai berani bilang perasaan masing-masing, gue jadi bingung. Jadi sebenarnya hubungan kita apa sekarang? Teman? Bukan. Teman Tapi Mesra? Kok kayaknya geli banget, kebanyakan gue dan dia dengan rambut di cat warna-warni nyanyi lagunya Ratu. Teman Tapi Tidak Mesra? Lah, sama aja teman biasa. Apa kita Teman Tapi Mesra Tapi  Bukan Teman Tapi Mesra? Sampai sini gue mulai bingung
Satu hal yang jelas, perasaan di dada ini semakin mengganggu. Gue jadi susah konsentrasi untuk kerja, gue jadi susah ngelarin buku ini, gue jadi susah ngapa-ngapain. Kangen itu salah satu perasaan yang paling mengganggu, tapi sekaligus paling menyenangkan. Gue jadi sering bengong di atas meja kerja. Memikirkan dia lagi apa, apakah dia memikirkan gue juga. Dan seandainya kangen itu digaji, mungkin gue sudah menjadi jutawan.
Sebenernya kita ini gimana sih? Tanya gue, kepada dia, yang lagi duduk di sebelah gue sehabis pulang makan malam dari Pondok Indah Mall.
‘Iya ya, kita gimana ya sekarang?’ tanya dia balik.
Lalu gue memandang lekat matanya. Sinar lampu jalanan memantul di sana, membuat sepasang matanya menjadai lebih bersinar. Lucu ya, bagaimana kita bisa bertemu dengan seseorang. Suatu hari kamu menagumi seseorang di televisi, dan di hari yang lain, kamu bisa ada satu mobil dengan orang tersebut.
Gue nyebut ini semua sebuah cosmological coincidence, atau kebetulan kosmos, kebetulan yang dirancang oleh alam semesta. Semesta telah mengatur pertemuan kita. Lebih jauh lagi, gue gak percaya pada kebetulan, gue lebih percaya pada pertemuan yang direncanakan diam-diam. Masing-masing dari kita punya garis kehidupan yang telah digambarkan. Dam masing-masing dari kita, kalau diizinkan, akan saling bersinggungan.
Malam itu, sebuah pertanyaan sederhana terlontar setelah kita saling mengecup bibir satu sama lain.
‘jadi kita pacaran sekarang?’
‘yak. Kita pacaran.’
Dan sesimpel itu, kita pacaran.
Dan sesimpel itu, begitulah dua orang bisa jatuh cinta.
Dalam novel ini, penulis menggambarkan cinta itu seperti marmut, yang mencoba terus berlari di dalam roda cinta. Seolah-olah maju, ternyata tidak.
Menurut saya hikmah yang bisa diambil dari novel ini adalah  sisi kekompakan di dalam keluarga, dan tulisan yang dapat mengispirasi para pembaca.
Novel Marmut Merah Jambu dikemas dengan sangat baik. Penulis mampu menulis dengan bahasa yang sederhana, ringan, bahasa sehari-hari khas anak muda jaman sekarang sehingga mudah dipahami. Pemilihan kata dan kalimat dalam novel ini sangat diperhitungkan. Semua yang awalnya terlihat tidak penting, dengan pemilihan kata dan kalimat yang tepat, semua menjadi sesuatu yang tidak membosankan untuk dibaca.
Novel Marmut Merah Jambu ini terdapat 13 kisah lucu dan konyol yang dialami oleh Dika, dam masing-masing cerita memiliki tema masing-masing, bukan hanya percintaan tapi tentang keluarga Dika sampai kucing persia peliharaan Dika. Itu membuat pembaca lebih berimajinasi tentang apa yang menjadi isi dari novel Marmut Merah Jambu.
Dika sebagai penulis juga pandai memilih tema, yaitu tentang kehidupan percintaan remaja, pacaran, alay, yang diungkapkan dengan bentuk yang berbeda, sehingga novel Marmut Merah Jambu ini terlihat lebih menarik.
Dilihat dari segi fisik, cover depan novel ini memiliki warna yang cerah, dan berwarna-warni. Novel ini tebal, dan berbobot. Kertas yang digunakan juga bagus dan membuat mata sakit untuk berlama-lama membaca novel ini.
Setiap ada kelebihan pasti ada kekurangan, di novel Marmut Merah Jambu ada beberapa kalimat yang penulisan tanda bacanya salah, contohnya di halaman 218, ...di roda yang berputar.  Dan hubungan kali ini... . anatara titik dan huruf D spasi dobel. Ada kalimat yang mubazir, contohnya Sori banget, tapi maaf banget-banget, gue lagi buru-buru... .
Begitulah sedikit ulasan dari saya, mengenai novel Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika. Menurut saya, sejauh ini buku karya Raditya Dika, dengan kekonyolan dalam jalan ceritanya dan pengemasan yang bagus dalam setiap kalimatnya, membuat buku karya Dika menjadi menarik untuk dibaca, dan dilahap sebagai bacaan sehari-hari. dan satu hal lagi, tulisan Dika sangat menghibur dan mampu menjadi inspirasi untuk menjadi orang yang lebih baik.

















Posting Komentar